Tag Archives: evolusi

Konsep Evolusi di Tingkat Sekolah

Arti evolusi menurut ahli biologi adalah perubahan makhluk hidup, artinya spesies tanaman dan hewan yang hidup saat ini bukan merupakan spesies yang pertama kali. Hal ini diketahui dari bekas atau peninggalannya, yaitu yang berupa fosil. Fosil menunjukkan pada kita bahwa beberapa jenis hewan, misalnya dinosaurus telah lenyap sama sekali. Dengan kata lain organisme telah banyak berubah sejak kehidupan dimulai.

Evolusi disamping dipelajari sebagai ilmu murai yang berdiri sendiri, juga berintegrasi dengan berbagai ilmu lain. Kontribusi ilmu-ilmu lain kedalam ilmu evolusi menyebabkan evolusi berkembang dengan pesat, serta didukung dengan teknologi modern yang mampu mengungkap misteri evolusi sehingga ilmu evolusi bersifat tak terbatas.

Sebagai materi pelajaran, maka perlu adanya organisasi konsep-konsep evolusi untuk memudahkan subyek didik dalam mempelajari mater-materi evolusi. Model organisasi materi yang dapat digunakan, antara lain adalah organisasi materi menurut kurikulum IPA/Biologi 1994 dan suplemen 1999, Kurikulum berbasis kompetensi, BSCS dan materi evolusi yang tersusun sebagai peta konsep dalam exploring life. 1. Materi Evolusi dalam GBPP IPA/Biologi 1994
Sebagai materi pelajaran, evolusi mulai diberikan pada siswa ditingkat SMU, namun materi dasar yang berkaitan dengan evolusi sudah mulai dipelajari sejak SD kelas 5, materi tersebut yaitu Keanekaragaman makhluk hidup dan adaptasi.
Adapun materi evolusi yang terdapat dalam GBPP IPA/Biologi kurikulum 1994 adalah sebagai berikut:
SD
a. Makhluk hidup berkemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dalam usaha mempertahankan hidupnya.
SLIP
a. Keanekaragaman makhluk hidup tampak dari adanya perbedaan bentuk, ukuran, struktur, warna, fungsi oagan-organ, dan habitatnya. 1. Keanekaragaman makhluk hidup terjadi, antara lain, karena proses evolusi-adaptasi.
a) Mengamati keanekaragaman individu dalam satu jenis (misalnya keragaman    siswa   dalam    satu    kelas),    kemudian    membahas
b) Mendiskusikan peranan penting lingkungan dalam penganekaragaman makhluk hidup karena makhluk hidup selalu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
c) Membahas tentang beberapa teori evolusi-adaptasi (Darwin-Larmark).
d) Membandingkan hewan dan tumbuhan masa lalu dengan makhluk hidup masa sekarang akibat proses evolusi-adaptasi.
SMU
a. Evolusi menjelaskan perubahan makhluk hidup secara bertahap dalam jangka waktu lama, dari bentuk sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks.
Fenomena evolusi menjelaskan perubahan ciri makhluk hidup karena seleksi alam dan bersifat menurun.
a) Ditunjukkan beberapa spesies tertentu dimasa silam yang telah musnah dan kemiripannya dengan spesies dimasa sekarang.
b) Dijelaskan pengertian evolusi, perkembangan teori evolusi (Larmark-Darwin-Wallace dsb) dan hubungannya dengan ilmu pengetahuan

Sangiran dan Prof Teuku Jacob

Bangunan Museum Sangiran, yang terletak di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen-15 km arah utara Kota Solo, Jawa Tengah-memang tak tergolong megah-besar. Ukurannya tak lebih dari 8 x 8 meter. Namun, begitu kita memasuki ruangan museum, segera kita disuguhi pemandangan yang menakjubkan. Barang-barang koleksi museum yang menyimpan kehidupan purbakala itu benar-benar berbicara tentang masa lalu-masa prasejarah-yang penuh misteri.

Begitu sampai di pintu masuk, pengunjung akan dihadapkan pada dua buah gading (taring) stegodon atau gajah purba (Trigono cephalus) yang setiap satu gading berukuran panjang hampir empat meter. Sementara, di sisi kiri dari gading itu, ada rahang atas dan rahang bawah stegodon. Rahang atas dan bawah gajah purba yang besarnya mirip monitor televisi 14 inci itu, meskipun sudah membatu, masih kelihatan utuh termasuk jajaran giginya.

Di depan fosil rahang atas dan bawah gajah purba yang diletakkan dalam satu etalase itu, ada paha stegodon, yang diameternya lebih dari 30 sentimeter dan panjangnya 1,5 meter. Maka, bisa dibayangkan jika tulang paha, rahang dan gading stegodon itu dirangkai, betapa besar ukuran gajah purba itu.
“Jika kita naik ke punggung gajah sekarang, harus naik tangga. Tetapi, kalau ukuran kaki dan rahang gajah purba begitu besar, kita bisa bayangkan, bisakah dengan sebuah tangga yang biasa kita naik ke punggungnya?” kata Pujiarso bersama Gunawan, keduanya karyawan SPSP (Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala) Jawa Tengah di Prambanan, yang bertugas di Museum Sangiran.
***
BUKAN hanya fosil binatang berbelalai itu saja yang tersimpan di Museum Sangiran. Fosil tengkorak kerbau purba yang terpajang utuh di sana, menjelaskan betapa besar pula kerbau purba itu. Kedua tanduknya saja memiliki panjang lebih dari satu meter, memanjang di kanan-kiri. Besar tengkorak kepalanya pun dua kali lipat dibanding kerbau-kerbau sekarang.

Ada pula berbagai fosil anggota tubuh kuda Nil yang bila direkonstruksi besarnya sangat “spektakuler”. Meskipun hanya dipajang dalam etalase-etalase berkaca yang sederhana, namun anggota-anggota tubuh binatang ini cukup bisa menimbulkan imajinasi orang untuk memahami kondisi alam dan isinya di masa purbakala.

Di latar belakang etalase yang menyimpan fosil-fosil tadi, di ruangan museum yang sama, ada satu diorama yang menggambarkan kehidupan manusia purba yang lebih mirip kera berdiri tegak (Pithecantropus erectus) dengan latar belakang panorama berbagai tumbuhan dan binatang pada masa purba itu. Pengunjung museum seakan dibawa ke alam prasejarah, dan sekaligus merekonstruksi peradaban kehidupan di masa ratusan ribu hingga jutaan tahun yang lalu.

Di Museum Sangiran memang tidak hanya ditemukan kehidupan fauna (hewan). Fosil manusia juga banyak ditemukan, khususnya fosil (fragmen) tengkorak Pithecantropus erectus dari berbagai pertanggalan atau tingkat kepurbaannya.
Di museum ini, misalnya, tersimpan fosil Phithecantropus mojokertensis yang tingkat kepurbaanya mencapai 1,9 juta tahun. Fosil ini melengkapi temuan fosil manusia Australopithecus africanus yang ditemukan di daratan Afrika dan usianya 2,5 juta tahun, yang fosil replikanya juga dipajang di museum ini.

Di Museum Sangiran juga terdapat fosil Homo erectus yang punya tingkat kepurbaan 700.000 tahun hingga Pithecantropus soloensis yang berusia 400.000 tahun. Fosil-fosil itu seperti menggambarkan urutan evolusi manusia yang sampai sekarang tetap masih menjadi misteri. Continue reading

Cabang-cabang Ilmu Biologi

Awalnya Biologi merupakan ilmu sederhana yang mempelajari makhluk hidup. Namun pada perkembangannya, manusia dengan pelbagai upayanya semakin mendalami ilmu-ilmu spesifik yang berawal dari “keinginan mempelajari makhluk hidup”.  Muncullah cabang-cabang ilmu Biologi yang secara khusus mempelajari ruang lingkup yang semakin dalam.

Dari sini dapat kita sedikit tarik benang merah, bahwa semakin pandai manusia justru semakin spesifik (mengerucut) yang dipahaminya. Dan manusia hanya mampu mendalami satu cabang saja ilmu tersebut. Dan betapa luasnya ilmu Illahi, sehingga diibaratkan seandainya ilmu seluruh manusia dikumpulkan dan dibandingkan dengan ilmu Alloh SWt, adalah seperti tetesan air yang jatuh dari jarum yang dicelup pada samudera . Samudera itulah ilmu-Nya.

Kembali pada pembahasan ilmu Biologi, kita dapat memisahkan cabang cabang Biologi tersebut menjadi antara lain:

1. Anatomi : Ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian struktur tubuh dalam makhluk hidup
2. Agronomi : Ilmu yang mempelajari tentang tanaman budidaya
3. Andrologi : Ilmu yang mempelajari tentang macam hormon dan kelainan reproduksi pria
4. Algologi : Ilmu yang mempelajari tentang alga/ganggang Continue reading