Fungi kebanyakan hidup dalam bentuk/struktur yang berhypha, sedangkan Ascomycota menunjukkan struktur tubuh yang berbeda. Spesies Saccharomyces cerevicae memiliki bentuk yang sferikal (mirip bola), oval, atau silindris. Sedangkan sel yang akan memisahkan diri membentuk kuncup/tunas. Sel baru dihasilkan dengan membentuk pertumbuhan tunas yang berukuran kecil pada permukaan sel lama, tunas tersebut secara berangsur-angsur membesar dan berpisah dari sel induk (Madigan, et al., 2012).
Yeast memiliki karakteristik dimorphic yang mengalami pergantian antara hypha dan yeast (ragi) untuk merespon perubahan lingkungan. Oleh karena itu, secara umum tidak berbeda dengan fungi lainnya. Akan tetapi, muncul dengan keadaan berbeda dan teradaptasi sesuai kondisi kandungan nutrisi di lingkungan (Madigan, et al., 2012).
Gambar 2.5 menunjukkan satu sel yeast dengan satu inti serta organel penyusunnya. Dari sel induk dapat tumbuh lebih dari satu sel anakan. Sel anakan tumbuh pada permukaan sel dalam ukuran kecil, memanjang dan tumbuh membulat diikuti pertumbuhan dinding selnya. Pada akhir proses pertumbuhan sel anak, inti sel induk bermigrasi ke titik pertunasan. Nukleus kemudian terbelah untuk sel anakan (Deacon, 2005).
Gambar 2.5. (a) Bagan yang menunjukkan yeast yang bertunas, Saccharomyces cerevisae, dengan diameter sebesar 5m. BS = bud scar; ER = reticulum edompalsma; G = golgi; L = lipid body; M = mitokondria; N = nucleus; SPB = spindle-pole body; V = vesicle; Vac = large central vacuoles; W = wall. Sumber: Deacon, 2005. (b) Pada permukaan sel induk tampak adanya bud scar, sisa pembelahan pada anakan sebelumnya. Yeast ini membentuk tunas baru. Mikroskop elekron menunjukkan yeast untuk pembuatan roti dan bir Saccharomyces cerevisiae (Ascomycetes). Ukuran sel tersebut diamternya sekitar 6 m. Sumber: Madigan et al., 2012.
Akhir dari pertumbuhan tunas/kucup baru adalah terbentuknya sekat antara sel induk dan sel anak. Pada Saccharomyces akan terbentuk cincin chitin yang diproduksi pada titik “leher” pada pembelahan. Cincin chitin akan terus diproduksi chitin ke arah dalam sehingga lapisan chitin sempurna untuk sel induk dan sel anak. Sel dapat membelah dengan bantuan enzim pembelahaan. Proses tersebut meninggalkan bud scar pada induk dan birth scar pada sel anakan (Deacon, 2005). Pada pembahasan sebelumnya (tabel 2.2) disebutkan bahwa chitin pada Saccharomyces mengandung 1% saja, sehingga diketahui cincin kitin hanya terbentuk di titik leher pembelahan. Sebuah jumlah yang minimal untuk produksi chitin spesies jamur.